19 Desember 2017

MATERI AUDIT OPERASIONAL (Pelatihan Nasional "Audit Operasional" di Bandung, Jawa Barat)



MATERI  1
A.    AUDIT OPERASIONAL

1.      OVERVIEW AUDIT OPERASIONAL
Menurut Andi Nurhasanah (2013) Diluar aktifitas audit keuangannya, auditor internal, auditor pemerintah, dan akuntan publik juga melakukan aktivitas audit operasi (operational auditing) yang mengaudit mengenai efesiensi dan efektivitas dari suatu organisasi, Sementara itu Auditor lain menggunakan istilah audit manajement (management auditing) atau audit kinerja (performance auditing) semuanya merujuk aktivitas yang sama. Banyak auditor yang tidak membedakan antara istilah audit kinerja, audit manajement dan audit operasional dan mengunakannya ketiga istilah tersebut silih berganti. Sementara hal berbeda dsampaikan Achmad Badjuri & Elisa Trihapsari (2011), bahwa audit yang dilakukan dalam audit kinerja meliputi audit ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Audit ekonomi dan efisiensi disebut management audit atau operational audit, sedangkan audit efektivitas disebut program audit. Istilah lain untuk performance audit adalah Value for Money Audit atau disingkat 3E’s audit (economy, efficiency and effectiveness audit).
Audit Operasional Vs Financial Audit
Tiga perbedaan audit utama antar audit operasional dan audit keuangan:
·         Tujuan audit,
·         Laporan Audit, dan
·         Dimasukannya bidang non-keuangan kedalam bidang audit operasional.
Hasil Financial Audit adalah berupa pendapat (opini) auditor secara independen dan obyektif tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan, tanpa pemberian rekomendasi perbaikan.
Sedangkan dalam audit kinerja, tidak hanya memberikan kesimpulan mengenai atau berdasarkan tahapan audit yang telah dilakukan, akan tetapi juga dilengkapi dengan rekomendasi untuk perbaikan dimasa mendatang.
A.    KONSEP AUDIT OPERASIONAL
Audit kinerja yang meliputi audit ekonomi, efisiensi dan efektifitas pada dasarnya merupakan perluasan dari audit konvensional (conventional audit) yang biasanya disebut sebagai special audit .
Audit operasional pada umumnya dipahami sebagai penyelesaian atas masalah efisiensi dan afektifitas, karena pengujian terhadap efektifitas pengendalian intern oleh auditor intern merupakan bagian dari audit operasional jika tujuannya adalah membantu perusahaan menjalankan kegiatan usahanya supaya lebih efektif dan efisien.
Pengertian Audit Operasional
Audit Operasional adalah a) proses yang sistematis untuk b) mengevaluasi efisiensi dan efektivitas kegiatan suatu organisasi dalam prosesnya untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, dan keekonomisan c)operasi organisasi yang berada dalam pengendalian manjemen serta d) melaporkan kepada orang-orang yang tepat atas hasil-hasil evaluasi tersebut beserta e)rekomendasi untuk perbaikan.
a)      Proses yang sistematis
Seperti dalam audit laporan keuangan, audit operasional menyangkut serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur, dan terorganisasi. Aspek ini meliputi perencanaan yang baik, serta perolehan dan evaluasi secara objektif bukti yang berkaitan dengan aktivitas yang diaudit.
b)     Efisiensi, efektivitas, dan ekonomis
·         Efisiensi digunakan untuk menilai sebaik apakah pemakaian sumber daya suatu organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan
·         efektivitas digunakan untuk menilai seberapa baik kebijakan-kebijakan organisasi tersebut untuk mencapai tujuan.
·         Efisiensi dan efektivitas merupakan dua hal yang saling berkaitan erat satu dengan lainnya, bisa saja suatu kebijakan organisasi itu sangat efisien akan tetapi tidak efektif begitupun sebaliknya.
·         Ekonomis maksudnya memperoleh kualitas dan kuantitas sumber daya fisik dan manusia yang layak pada waktu yang layak dan biaya yang rendah.

c)      Mengevaluasi operasi organisasi
Evaluasi atas operasi ini harus didasarkan pada beberapa kriteria yang ditetapkan dan disepakati. Dalam auditing operasional, kriteria seringkali dinyatakan dalam bentuk standar kinerja yang ditetapkan oleh manajemen. Namun, dalam beberapa kasus, standar itu mungkin ditetapkan oleh suatu badan pemerintahan atau oleh industri. Kriteria ini seringkali didefinisikan kurang jelas bila dibandingkan dengan kriteria yang digunakan dalam audit atas laporan keuangan. Audit operasional mengukur derajat kesesuaian antara kinerja aktual dan kriterianya.
d)     Melaporkan kepada orang-orang yang tepat
Auditor internal biasanya melapor ke manajemen atau individu atau badan yang meminta audit tentang seberapa efisien, efektif atau ekonomis suatu bagian atau program kerja yang telah dilaksanakan. Hasil temuan dari audit kinerja ini sangat jarang sekali diungkapkan ke seluruh bagian organisasi apa lagi ke masyarakat umum. Padahal hasil audit ini bisa jadi sangat dibutuhkan oleh pihak-pihak selain manajemen, misalnya masyarakat luas yang langsung atau tidak langsung berhubungan dengan perusahaan tersebut. Sedangkan dewan komisaris atau komite audit adalah pihak yang menerima salinan laporan audit operasional.
e)      Rekomendasi perbaikan (Sesuai standar Pelaporan Ketiga dalam Standar Pelaporan Audit Kinerja)
Hasil dari audit operasional bisa berupa rekomendasi yang sangat berguna bagi pihak manajemen untuk menentukan dan menilai kebijakan-kebijakan dan kegiatan perusahaan apakah sudah tepat waktu atau memerlukan perbaikan sehingga akan berpengaruh pada kelangsungan hidup perusahaan.
B.     MANFAAT AUDIT OPERASIONAL
Laporan audit manajemen dapat dijadikan sebagai informasi pelengkap dari laporan keuangan perusahaan. Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh jika laporan audit kinerja ini menjadi wajib disediakan oleh perusahaan.
  1. Penyelenggaran perusahaan akan makin transparan sehingga pihak luar perusahaan dapat mengikuti perkembangan perusahaan dengan lebih baik.
  2. Audit manajemen akan memicu perusahaan untuk berhati-hati dalam mengelola perusahaan.
  3. Kepentingan masyarakat (terutama investor) makin terlindungi sehingga iklim investasi dan usaha akan makin kondusif.
2.      TUJUAN  DAN PROSES AUDIT OPERASIONAL
A.    TUJUAN AUDIT OPERASIONAL
Tujuan dari audit pengendalian operasi adalah mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dan membuat rekomendasi untuk manajemen. Sebaliknya, evaluasi pengendalian internal untuk audit keuangan memiliki dua tujuan utama : menentukan luas dari audit pengujian substantive yang diperlukan dan melaporkan efektivitas pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan untuk perusahaan public.
B.     PROSES AUDIT OPERASIONAL/TAHAP-TAHAP AUDIT OPERASIONAL

1. Memilih auditee
Seperti pada banyak aktivitas lainnya dalam suatu entitas, audit operasional biasnya terkena kendala anggaran atau kehematan. Oleh karena itu, sumber daya untuk audit operasional harus digunakan dengan sebaik-baiknya.
Pemilihan auditee dimulai dengan studi atau survey pendahuluan terhadap calon-calon auditee dalam entitas untuk mengidentifikasi aktivitas yang mempunyai potensi audit tertinggi dilihat dari segi perbaikan efektivitas, efisiensi, dan kehematan operasi. Pada intinya, studi pendahuluan merupakan proses penyaringan yang akan menghasilkan peringkat dari calon auditee.
Titik awal dari studi pendahuluan ini adalah memperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai struktur organisasional entitas serta karakteristik operasinya. Selain itu, auditor juga harus memahami industri tempat entitas beroperasi serta sifat dan luas peraturan pemerintah yang berlaku. Selanjutnya, perhatian difokuskan pada aktivitas, unit, atau fungsi yang akan diaudit.
Pemahaman tentang calon auditee diperoleh dengan:
  • mereview data arsip latar belakang setiap auditee
  • meninjau fasilitas auditee untuk memastikan bagaimana auditee mencapai tujuannya
  • mempelajari dokumentasi yang relevan tentang operasi auditee seperti buku petunjuk kebijakan dan prosedur, bagan arus, standar kinerja dan pengendalian mutu, serta deskripsi tugas
  • mewawancarai manajer aktivitas tersebut mengenai bidang-bidang permasalahan tertentu (sering kali disebut entry interview)
  • menerapkan prosedur analitis untuk mengidentifikasi trend atau hubungan yang tidak biasa
  • melakukan pemeriksaan (atau pengujian) audit mini untuk menegaskan atau menjernihkan pemahaman auditor tentang masalah yang potensial
Pemahaman auditor mengenai setiap auditee harus didokumentasikan melalui kuesioner yang sudah diisi dengan lengkap, bagan arus, dan catatan naratif.
Berdasarkan pemahaman ini, auditor menyiapkan suatu laporan atau memorandum studi pendahuluan, yang mengikhtisarkan semua temuan dan mencantumkan rekomendasi mengenai auditee yang harus diaudit. Laporan ini hanya digunakan oleh departemen auditing internal dan tidak ditujukan untuk manajemen.


2. Merencanakan audit
Perencanaan audit yang cermat sangat penting baik bagi efektivitas maupun efisiensi audit operasional. Perencanaan terutama penting dalam jenis audit ini karena sangat beragamnya audit operasional. Landasan utama dari perencanaan audit adalah pengembangan program audit, yang harus dibuat sesuai dengan keadaan auditee yang ditemui pada tahap studi pendahuluan audit. Seperti dalam audit laporan keuangan, program audit berisi seperangkat prosedur yang dirancang untuk memperoleh bukti yang berkaitan dengan satu atau lebih tujuan. Bukti yang diperiksa biasanya didasarkan pada sampel data. Jadi, dalam perencanaan audit harus dipertimbangkan penggunaan teknik-teknik sampling statistik. Disamping itu, auditor juga harus mengetahui apakah teknik-teknik berbantuan komputer (computer assisted techniques) akan efisien dari segi biaya.
Perencanaan audit juga mencakup pemilihan tim audit dan penjadwalan pekerjaan. Tim audit ini harus terdiri dari auditor yang memiliki kemampuan teknis yang diperlukan untuk memenuhi tujuan audit. Pekerjaan harus dijadwalkan melalui konsultasi dengan auditee agar ada kerja sama maksimum dari personil auditee selama audit.





3. Melaksanakan audit
Selama melaksanakan audit, auditor secara ekstensif mencari fakta-fakta yang berhubungan dengan masalah yang teridentifikasi dalam auditee selama studi pendahuluan. Pelaksanaan audit adalah tahap audit yang paling memakan waktu dalam audit operasional. Tahap ini sering kali disebut sebagai melakukan audi yang mendalam (in-depth audit).
Dalam suatu audit operasional, auditor sangat mengandalkan pada pengajuan pertanyaan dan pengamatan. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah mengembangkan kuesioner untuk auditee dan menggunakannya sebagai dasar untuk mewawancarai personil auditee. Dari pengajuan pertanyaan, auditor berharap akan memperoleh pendapat, komentar, dan usulan tentang pemecahan masalah. Wawancara yang efektif sangat penting dalam audit operasional. Melalui pengamatan terhadap personil auditee, auditor akan mendeteksi inefisiensi dan kondisi lainnya yang ikut menyebabkan masalah ini.

Auditor juga harus menggunakan analisis dalam audit operasional. Untuk tujuan ini, analisis itu harus melibatkan studi dan pengukuran kinerja akrual dalam hubungannya dengan kriteria tertentu. Kriteria ini dapat dikembangkan dari dua sumber :
·         Berasal dari internal entitas seperti sasaran produktivitas dan anggaran yang ditetapkan atau,
·         kriteria ini dapat berasal dari luar entitas berupa standar industri atau diturunkan oleh auditor dari audit-audit sebelumnya atas aktivitas yang serupa.
Analisis ini dapat memberikan dasar untuk menentukan sejauh mana auditee memenuhi tujuan yang ditetapkan.

Pekerjaan yang dilakukan, temuan, dan rekomendasi harus didokumentasikan dalam kertas kerja. seperti dalam audit laporan keuangan, kertas kerja merupakan pendukung utama laporan auditor. Auditor penanggung jawab (in-charge) biasanya bertanggung jawab untuk mereview kertas kerja baik selama maupun pada saat selesainya pemeriksaan. Review selama audit berguna dalam memantau kemajuan, sedangkan review pada akhir audit memastikan kualitas pekerjaan secara keseluruhan.


4. Melaporkan temuan kepada manajemen
Auditing operasional serupa dengan jenis-jenis auditing lainnya karena produk akhir dari audit ini adalah laporan audit. Akan tetapi, ada banyak situasi unik yang berkaitan dengan pelaporan dalam audit operasional. Misalnya, berlawanan dengan bahasa standar yang terdapat pada laporan auditor dalam audit atas laporan keuangan, bahasa laporan dalam audit operasional bervariasi untuk setiap auditee.
 Laporan itu harus memuat:
  • suatu pernyataan tentang tujuan dan ruang lingkup audit
  • uraian umum mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam audit
  • ikhtisar temuan-temuan
  • rekomendasi perbaikan
  • komentar auditee

Konsep laporan ini biasanya dibuat oleh auditor penanggung jawab. Konsep tersebut kemudian dibahas dengan manajer unit yang diaudit. Pembahasan ini memenuhi beberapa tujuan yang penting:
(1)   memberi auditor peluang untuk menguji akurasi temuan serta ketepatan rekomendasi, dan
(2)   memungkinkan auditor mendapatkan komentar auditee untuk dimasukkan dalam laporan.
Konsep awal ini selanjutnya direvisi sesuai keperluan, sehingga konsep final dapat disiapkan.
Dalam beberapa kasus, rekomendasi yang diberikan mungkin hanya menyarankan perlunya studi lebih lanjut atas masalah yang dihadapi. Pencantuman komentar auditee adalah bersifat operasional. biasanya, komentar itu hanya disertakan apabila auditee tidak menyetujui temuan dan rekomendasi.
Temuan auditor pada dasarnya menghasilkan kritik yang konstruktif. Pada saat menulis laporan, auditor harus sensitif terhadap reaksi penerima. Jika bahasanya tidak terlalu menyerang, maka tanggapan penerima laporan kemungkina besar akan lebih positif. Biasanya, salinan laporan auditing operasional dikirimkan kepada manajemen senior dan kepada komite audit.
Jika laporannya panjang serta terinci, maka laporan itu bisa dimulai dengan suatu ikhtisar lengkap (executive summary) mengenai temuan dan rekomendasi.

5. Melakukan tindak lanjut
Tahap terakhir atau tahap tindak lanjut (follow-up phase) dalam audit operasional adalah tahap bagi auditor untuk menindaklanjuti tanggapan auditee terhadap laporan audit. Idealnya, kebijakan entitas sebaiknya mengharuskan manajer unit yang diaudit untuk melaporkan secara tertulis selama periode waktu yang ditetapkan. Akan tetapi, tindak lanjut ini juga harus mencakup penentuan kelayakan tindakan yang diambil oleh auditee dalam mengimplementasikan rekomendasi. Standar praktik 440 IIA menyatakan bahwa auditor internal harus menindaklanjuti untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat telah diambil berdasarkan temuan yang dilaporkan. Kegagalan auditor untuk menerima tanggapan yang tepat harus dikomunikasikan kepada manajemen senior.





B.     AUDIT KPI (STRATEGI AUDIT KPI)

A.    KPI & INSTANSI PEMERINTAH
Adanya reposisi peran Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai auditor internal pemerintah yang profesional, mewajibkan BPKP untuk mendukung upaya pemerintah mewujudkan terselenggaranya manajemen pemerintahan yang baik serta mendukung terlaksananya Corporate Governance yang baik di lingkungan BUMN/D.
Salah satu kegiatan dalam rangka mengusung peran baru itu yang juga sekaligus merupakan produk baru BPKP adalah asistensi penyusunan Indikator Kinerja Kunci atau Key Performance Indicator  (KPI) bagi BUMN/D dan pelaksanaanaudit KPI.
Sebagaimana audit atas laporan keuangan dan audit operasional, untuk audit KPI juga perlu dipersiapkan suatu pedoman pelaksanaannya yang salah satu pedoman tersebut adalah strategi audit (audit strategy).
Proses audit KPI dalam tulisan ini diasumsikan untuk auditan yang berorientasi laba (profit center), karena pertimbangan lebih kompleksnya kegiatan entitas yang berorientasi laba dibandingkan dengan entitas yang tidak berorientasi laba.

Apa itu strategi audit
Strategi audit adalah aktivitas yang pertama kali dilakukan dari seluruh rangkaian kegiatan audit. Strategi audit dapat didefinisikan sebagai proses penyusunan arahan atau petunjuk audit dan penyelarasan antara pemahaman auditoratas kegiatan auditan dengan fokus audit yang akan dilakukan.Auditor harus mempertimbangkan kegiatan utama (main activity) auditan dan indikator kinerja untuk industri atauperusahaan sejenis yang dapat berpengaruh terhadap proses audit.
Auditor perlu juga mengidentifikasi faktor-faktorpenting bagi keberhasilan pelaksanaan audit, baik dalam menyusun program audit untuk merumuskan opini auditmaupun dalam menyediakan jasa pelayanan profesional bermutu lainnya yang diharapkan auditan.Auditor bertanggung jawab dalam mengembangkan strategi audit dan mengkomunikasikannya kepada anggota timaudit lainnya. Auditor dapat pula mendelegasikan beberapa elemen dalam menyusun strategi audit dan mencari masukan dari pihak lain yang lebih kompeten.Untuk auditan yang memiliki lebih dari satu divisi atau bagian dengan usaha atau kegiatan yang berbeda dapatdipertimbangkan untuk menyusun strategi audit yang berbeda untuk masing-masing divisi atau bagian.

Pentingnya strategi audit
Strategi audit adalah elemen fundamental dalam pelaksanaan audit. Proses penyusunan strategi memungkinkan auditor untuk:
·                  Memandang KPI dari sudut pandang auditan, sehingga setiap permasalahan yang dijumpai dalam proses audit KPI dapat diungkapkan dengan cara-cara yang relevan bagi manajemen auditan.
·                  Memahami kegiatan auditan, dalam sektor atau industri apa auditan bergerak dan tujuan kegiatan auditan.
·                  Memahami keefektifan pengendalian internal dan merancang pendekatan audit KPI berbasis sistem (system-based KPI audit approach) bila dimungkinkan
·                  Mendapatkan bukti audit yang efektif dengan memfokuskan pekerjaan audit kepada tujuan audit KPI bila risiko audit tinggi dan menghindari pengumpulan bukti audit yang berlebihan dalam hal risiko audit rendah.
·                  Memperlancar komunikasi dengan manajemen auditan dan antar anggota tim audit itu sendiri.

B.     TUJUAN AUDIT
Materi strategi audit
Saat menyusun strategi audit KPI, auditor bertujuan:
1.              Memahami kegiatan atau usaha auditan
2.              Mengidentifikasi tujuan audit KPI dan pendekatan auditnya.
3.              Mendapatkan gambaran atas pengendalian intern, menilai kelayakan penerapan audit berbasis sistem untuk kegiatan-kegiatan atau transaksi-transaksi rutin
4.              Merancang materi laporan hasil audit KPI
5.              Mengidentifikasi pengetahuan tambahan apa yang diperlukan dalam proses audit KPI.
6.              Mengidentifikasi kemungkinan penerapan teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques).
7.              Mengidentifikasi faktor lain yang mempengaruhi keefektifan dalam pelaksanaan audit KPI.

Uraian lebih lanjut sebagai berikut:

1. Memahami kegiatan atau usaha auditan
Untuk dapat mengidentifikasi tujuan audit yang kritikal (critical audit objectives) dan untuk menentukan fokus pekerjaan audit KPI, auditor perlu memahami kegiatan atau usaha auditan dan indikator kinerja apa saja yang relevan bagi auditan tersebut.
Auditor harus mendapatkan pemahaman dari sudut pandang yang independen dan perspektif manajemen auditan mengenai:
o   Usaha auditan saat ini dan hasilnya, contohnya apa bahan baku dan produk utamanya (contoh untuk perusahaanmanufaktur)
o   Lingkungan usaha di mana auditan beroperasi, contohnya sektor manufaktur, agrobisnis, jasa, teknologi dansebagainya.
o   Visi dan misi auditan termasuk strategi manajemen dalam mencapai visi dan misi tersebut karena visi dan misiterkait erat dengan penyusunan KPI.
o    Struktur organisasi termasuk pembagian tugas dan tanggung jawab
o    Daya saing auditan, contohnya di jenis pasar apa auditan beroperasi, kompetitor utama, kekuatan dan kelemahanauditan serta tindakan yang diambil oleh auditan dalam mempertahankan daya saing.



 2. Mengidentifikasi risiko yang dihadapi auditan
Auditor mempertimbangkan risiko usaha yang dihadapi oleh auditan dan apakah risiko tersebut mempengaruhi manajemen dalam penyusunan KPI yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap audit KPI. Penyebab risiko dapatberasal dari lingkungan usaha auditan maupun kondisi ekonomi secara umum.
Contoh risiko yang bersumber dari lingkungan usaha antara lain perubahan produk, kehilangan pasar untuk menyalurkan hasil produksi, kekurangan modal kerja, ketidakmampuan melakukan inovasi produk, besarnya pinjaman jatuh tempo dan ketidakmampuanmengelola perubahan.
Contoh risiko yang muncul dari kondisi ekonomi secara umum antara lain teknologi yang berubah cepat, tidak stabilnya nilai tukar valuta asing dan tingginya tingkat inflasi.Diskusi dengan pihak manajemen memungkinkan auditor untuk memahami persepsi dan asumsi manajemen dalam penyusunan KPI sebagai salah satu tindakan pemantauan menghadapi risiko usaha dan juga memudahkan auditor untuk menterjemahkan risiko yang mempunyai implikasi signifikan terhadap proses audit menjadi tujuan audit dan pendekatan auditnya.
Contoh, bila terjadi peningkatan tingkat suku bunga dan sulitnya mendapatkan pinjaman,manajemen akan menitikberatkan perhatian pada penagihan piutang, sehingga strategi audit harus mempertimbangkanuntuk lebih memfokuskan perhatian pada KPI untuk penyisihan piutang tak tertagih.

 3. Mengidentifikasi tujuan audit KPI dan pendekatan auditnya
Tujuan audit KPI adalah untuk memberikan kepastian kepada pengguna bahwa KPI sesuai (appropriate) untuk menilai kinerja organisasi, relevan bagi pengguna untuk menilai kinerja dengan didasarkan atas informasi yang akurat dan dapat diandalkan serta lengkap dan menyeluruh yang berisi indikasi yang benar atas kinerjanya.
Umumnya terdapat satu atau lebih KPI yang mengandung risiko lebih besar atau sulit untuk diverifikasi, sehingga memerlukan  judgement  auditor. Tujuan audit akan menjadi kritikal bila risiko bawaan tinggi, dan: KPI terkait membutuhkan tingkat pertimbangan tertentu; atau- Sulit untuk mendapatkan bukti audit atau menerapkan prosedur auditnya.
Tujuan audit yang kritikal umumnya hanya menyangkut KPI atas kegiatan atau transaksi non rutin dan jarang terjadi untuk kegiatan atau transaksi rutin yang diproses secara sistematis.
Judgement untuk mempertimbangkan apakah satu KPI dikategorikan kritikal atau tidak tergantung pada beberapa faktor seperti lingkungan usaha, indikator tingkat profitabilitas, penjelasan manajemen yang dimuat dalam laporan KPI dan isu-isu lain yang perlu dipertimbangkan oleh auditor.
Sebagai bagian dari strategi audit, Pengendali Mutu atau Pengendali Teknis bertanggung jawab untuk memberikan arahan dalam pendekatan audit yang akan diambil dan menentukan tujuan audit yang kritikal. Selain memuat pendekatan audit yang akan diambil, strategi audit memuat pula hal-hal berikut:
·         Ruang lingkup, waktu dan proseduraudit;
·                  Keterlibatan anggota tim yang lebih berpengalaman.

 4. Mendapatkan gambaran atas pengendalian internal 
Tujuan auditor mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal untuk:
o   Membangun pemahaman bagaimana pihak manajemen menetapkan KPI dalam rangka menanggapi risiko usahayang dihadapi.
o   Memutuskan pendekatan audit secara keseluruhan terhadap pengendalian internal.
o    Mengidentifikasi ruang lingkup di mana auditor dapat memberikan rekomendasi yang bermanfaat.

Untuk setiap audit, tidak peduli besar kecilnya auditan, saat mengembangkan strategi audit, auditor harus mendapatkan pemahaman yang baik atas pengendalian internal, terutama melalui diskusi dengan pihak manajemen.Pemahaman atas pengendalian internal harus didokumentasikan sebagai bagian dari perencanaan audit secarakeseluruhan.Pengendalian internal terdiri dari komponen-komponen yang saling terkait sebagai berikut: pengukuran risiko,lingkungan pengendalian, informasi dan komunikasi, pemantauan, serta aktivitas pengendalian.
Untuk tujuan pengembangan strategi audit, pemahaman atas proses pengukuran risiko oleh manajemen danpemahaman akan lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk mempertimbangkan apakah pendekatan berbasissistem (systems-based approach) dapat diterapkan.
Manajemen menetapkan tujuan baik untuk  level entitas maupun level kegiatan. Secara eksplisit atau implisit,manajemen juga menentukan risiko dalam pencapaian tujuan entitas, sehingga penentuan tujuan terkait dengankeputusan mengenai level risiko usaha yang dapat diterima entitas. Hal ini berkaitan erat dengan langkah manajemendalam penyusunan KPI.
Melalui KPI, manajemen akan selalu memantau dan mengurangi risiko penting dalam pencapaian tujuan entitasdengan mengadopsi pengendalian internal yang sesuai dengan persepsi manajemen akan besarnya dan pengaruh akibatrisiko tersebut.Proses manajemen dalam mengidentifikasi risiko, menentukan level risiko untuk memutuskan mekanisme pengendalian internal dalam rangka pemantauan serta mengurangi risiko tersebut dapat berakibat terhadap pelaporanyang keliru secara material dalam penyajian laporan KPI.
Proses pengukuran risiko oleh manajemen dimasukkan dalam lingkungan pengendalian. Lebih lanjut, lingkunganpengendalian merupakan dasar untuk informasi dan komunikasi, pemantauan dan aktivitas pengendalian.
Contoh, jika pengukuran risiko efektif, sistem informasi dirancang untuk menyediakan informasi agar pencapaian tujuan dapatdipantau dan pihak manajemen akan menjalankan aktivitas pengendalian untuk mengurangi risiko yang mungkinterjadi.
o   Lingkungan pengendalian yang memadai secara tidak langsung akan berakibat: Pendekatan audit berbasis sistemdapat diterapkan untuk satu atau lebih tujuan audit berkaitan dengan transaksi rutin yang diproses secarasistematis;
o   Judgement manajemen untuk KPI transaksi atau kegiatan non rutin kecil kemungkinan mengandung bias.

Sedangkan lingkungan pengendalian kurang baik secara tidak langsung dapat berakibat:
1.                  Anggota organisasi tidak terlalu perduli terhadap pengendalian internal;
2.                  Informasi KPI mungkin terpengaruh atau mengandung kekeliruan yang disengaja;
3.        Untuk hampir semua tujuan audit, harus diterapkan pendekatan audit subtantif (tidak berbasis sistem);
4.                  Dalam laporan KPI, ada kemungkinan keputusan manajemen berkaitan dengan indikator kinerja atas transaksi atau kegiatan non rutin dipengaruhi oleh keinginan untuk mencapai hasil tertentu.
Pemahaman yang baik atas pengendalian internal oleh tim audit merupakan dasar untuk menentukan pendekatanaudit secara keseluruhan terhadap pengendalian internal.
Contoh, strategi audit menetapkan untuk menerapkanpendekatan berbasis sistem untuk tujuan audit tertentu dan pendekatan subtantif untuk tujuan audit yang lain, termasuk tujuan audit yang kritikal.
Informasi yang diperoleh mengenai pengendalian internal untuk tujuan pengembangan audit strategi dapat mencakup informasi yang lebih rinci untuk menyusun rencana audit (audit planning). Jika demikian, informasi yangrinci tersebut dikomunikasikan kepada seluruh anggota tim audit guna penyusunan rencana audit, dokumentasi danpengujian aktivitas yang relevan yang dapat dikaitkan dengan tujuan auditnya.
Contoh, selama proses pembicaraanawal dengan manajemen, auditor dapat mempelajari bagaimana perhatian manajemen mengenai sistem informasi danperubahan-perubahan indikator kinerja dalam tahun berjalan.
Contoh lain, selama proses pembicaraan awal denganmanajemen, auditor dapat mengidentifikasi aktivitas pemantauan indikator kinerja yang dilaksanakan oleh manajemenyang penting untuk proses audit.

5. Merancang laporan hasil audit KPI 
Auditor perlu merancang atau memperkirakan materi laporan hasil audit. Auditor dapat juga berkonsultasi denganpihak lain yang lebih kompeten atau melaksanakan survai lebih jauh. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan oleh auditor:
o    Perlakuan dan kebijakan manajemen yang berkaitan dengan KPI.
o   Standar umum pelaporan KPI.
o   Perubahan hukum dan peraturan yang mungkin dapat mempengaruhi laporan KPI.
Seperti halnya laporan keuangan, laporan KPI umumnya disusun berdasarkan asumsi bahwa auditan akanmelanjutkan usahanya secara berkelanjutan (going concern). Dalam mengembangkan strategi audit, auditor berdiskusidengan manajemen mengenai indikator kinerja pendapatan dan indikator kinerja biaya dengan mempertimbangkanasumsi kelangsungan usaha.
Contoh indikator yang dapat mempangaruhi kelangsungan usaha:
o   Indikator keuangan: posisi kewajiban bersih, rasio keuangan kunci, kehilangan kegiatan substansial,ketidakmampuan membayar pinjaman jatuh tempo, waktu pelunasan piutang dari pelanggan.
o    Indikator operasional: kehilangan unsur manajemen kunci tanpa adanya penggantian, kehilangan pasar ataupemasok utama, kesulitan tenaga kerja
o    Indikator lain: ketidakpatuhan kepada peraturan atau perundangan yang berlaku.
Masih banyak contoh indikator lain yang menunjukan bahwa kelangsungan usaha suatu auditan terganggu. Faktorlain yang belum disebutkan mungkin sama pentingnya dibandingkan contoh tersebut.
Contohnya, adanya indikatoryang menggambarkan ketidakmampuan manajemen membayar tagihan jatuh tempo akan diimbangi dengan adanyarencana manajemen untuk menjaga kecukupan arus kas dengan alternatif utama, seperti penjualan aset, penjadwalankembali pinjaman, atau mendapatkan tambahan modal modal kerja.


6. Mengidentfikasi kebutuhan tenaga spesalis
Sebagai tindak lanjut hasil pembicaraan awal dengan pihak manajemen, auditor menentukan apakah diperlukan penggunaan tenaga spesialis, contoh:
·                  Penentuan KPI yang berhubungan dengan biaya penggunaan mesin dan alat berat
·         Penentuan indikator kuantitas atau kondisi fisik aset.
·         Menentukan tingkat penyelesaian pekerjaan dan pekerjaan dalam proses atas kontrak untuk menentukan KPI yang berkaitan dengan pengakuan pendapatan.
Dalam menentukan apakah diperlukan tenaga spesialis, perlu dipertimbangkan:·
·         Vitalnya KPI yang akan diuji dikaitkan dengan keseluruhan laporan KPI;·
·                  Sifat dan kompleksitas KPI dan risiko bawaan untuk tujuan audit terkait;·
·         Bukti audit lain yang tersedia.

7. Mengidentifikasi penerapan teknik audit berbantuan komputer
Auditor mempertimbangkan apakah audit berbantuan komputer dapat memenuhi tujuan audit dengan biaya yang lebih kecil dibandingkan teknik lain. Keuntungan teknik audit berbantuan komputer:·
·         Efektifitas prosedur audit.
Contohnya, audit berbantuan komputer dapat memudahkan proses analisa dan perhitungan data yang berkaitan dengan KPI, sehingga mengurangi kebutuhan akan pengujian rinci;·
·         Efesiensi prosedur audit.
Contohnya, audit berbantuan komputer mengurangi faktor human error dan waktu pelaksanaan prosedur audit;·
·         Memperluas perolehan bukti audit.
Contohnya, penggunaan teknik audit berbantuan komputer memungkinkan auditor untuk merevieu data lebih rinci.

8. Faktor lain
 Saat menyusun strategi audit, auditor juga mempertimbangkan jasa lain yang mungkin diperlukan auditan yangdapat memberikan kontribusi terhadap efektivitas peran BPKP, meliputi:·
·                  Menginventarisasi jasa yang dibutuhkan auditan. Memahami auditan secara menyeluruh memungkinkan auditoruntuk mengantisipasi jasa apa yang diperlukan auditan.
·                  Auditor mengidentifikasi jasa lain yang berkaitan denganKPI yang diperlukan auditan dan bagaimana pendekatannya untuk dapat memenuhi kebutuhan jasa tersebut.Auditor dapat memberikan saran yang bersifat praktis dan konstruktif untuk meningkatkan KPI. Auditan dapat juga mendapatkan keuntungan dari jasa selain KPI yang dapat diberikan oleh BPKP.·
·         Menciptakan alur komunikasi yang efektif dan hubungan kerja yang baik dengan manajemen. Strategi audit dapatmenciptakan hubungan yang baik dan berkelanjutan antara auditor dan manajemen (counterparts)
·                  Merencanakan kegiatan untuk perbaikan yang berkelanjutan. Auditor dapat merencanakan prosedur untuk menanggapi hal-hal penting yang berkaitan dengan hasil audit periode lalu;· Mempertimbangkan kontak langsung dengan dewan direksi. Kontak langsung dengan dewan direksi dapatdijadikan sarana untuk mengkomunikasikan komitmen auditor akan jasa profesional yang diberikan dan ruanglingkup audit serta menyamakan persepsi perihal proses audit;·
·         Dasar pembebanan biaya audit. Biaya audit yang semula dibebankan kepada BPKP bisa saja ditambahkan denganbiaya yang menjadi beban auditan untuk tambahan pekerjaan atau jasa atas permintaan auditan yang berkaitandengan KPI.

Dokumentasi strategi audit KPI
Strategi audit KPI didokumentasikan dalam Dokumen Strategi KPI. Formatnya disesuaikan dengan kondisimasing-masing penugasan audit. Dokumen Strategi KPI merangkum hal-hal pokok yang dikembangkan dalampenyusunan strategi audit. Dokumen Strategi KPI dapat digabung dengan dokumen perencanaan.
Strategi audit KPI harus dikomunikasikan antar sesama anggota tim audit untuk membahas isu utama danimplikasinya terhadap proses audit.
Strategi audit KPI adalah dasar bagi penyusunan rencana audit ( audit plan). Strategi audit KPI dan rencana auditterkait dapat saja dimodifikasi untuk menyesuaikannya dengan informasi atau masukan baru.
Auditor memantau kemajuan audit dibandingkan dengan strategi audit dengan cara formal atau informaltergantung kompleksitas penugasan audit.