MATERI 1
A. AUDIT
OPERASIONAL
1. OVERVIEW
AUDIT OPERASIONAL
Menurut Andi Nurhasanah (2013) Diluar aktifitas audit keuangannya,
auditor internal, auditor pemerintah, dan akuntan publik juga melakukan
aktivitas audit operasi (operational
auditing) yang mengaudit
mengenai efesiensi dan efektivitas dari suatu organisasi, Sementara
itu Auditor lain menggunakan istilah audit manajement (management auditing) atau audit kinerja (performance auditing) semuanya
merujuk aktivitas yang sama. Banyak auditor yang tidak membedakan antara
istilah audit kinerja, audit manajement dan audit operasional dan
mengunakannya ketiga istilah tersebut silih berganti. Sementara hal berbeda
dsampaikan Achmad Badjuri & Elisa Trihapsari (2011), bahwa audit yang
dilakukan dalam audit kinerja meliputi audit ekonomi, efisiensi dan
efektivitas. Audit ekonomi dan efisiensi disebut management audit atau
operational audit, sedangkan audit efektivitas disebut program
audit. Istilah lain untuk performance audit adalah Value for
Money Audit atau disingkat 3E’s audit (economy, efficiency
and effectiveness audit).
Audit Operasional Vs Financial Audit
Tiga
perbedaan audit utama antar audit operasional dan audit keuangan:
·
Tujuan audit,
·
Laporan Audit, dan
·
Dimasukannya
bidang non-keuangan kedalam bidang audit operasional.
Hasil Financial Audit
adalah berupa pendapat (opini)
auditor secara independen dan obyektif tentang kewajaran laporan keuangan
sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan, tanpa pemberian rekomendasi
perbaikan.
Sedangkan
dalam audit kinerja, tidak hanya memberikan kesimpulan mengenai atau
berdasarkan tahapan audit yang telah dilakukan, akan tetapi juga dilengkapi
dengan rekomendasi untuk perbaikan dimasa mendatang.
A. KONSEP
AUDIT OPERASIONAL
Audit
kinerja yang meliputi audit ekonomi, efisiensi dan efektifitas pada dasarnya
merupakan perluasan dari audit konvensional (conventional audit) yang biasanya disebut sebagai special audit .
Audit
operasional pada umumnya dipahami sebagai penyelesaian atas masalah efisiensi dan afektifitas,
karena pengujian terhadap efektifitas pengendalian intern oleh auditor intern
merupakan bagian dari audit operasional jika tujuannya adalah membantu
perusahaan menjalankan kegiatan usahanya supaya lebih efektif dan efisien.
Pengertian
Audit Operasional
Audit Operasional adalah a) proses
yang sistematis untuk b) mengevaluasi
efisiensi dan efektivitas kegiatan suatu organisasi dalam prosesnya untuk
mencapai tujuan organisasi tersebut, dan keekonomisan c)operasi organisasi yang
berada dalam pengendalian manjemen serta d) melaporkan kepada orang-orang yang tepat atas hasil-hasil
evaluasi tersebut beserta e)rekomendasi untuk perbaikan.
a)
Proses yang
sistematis
Seperti dalam audit laporan keuangan, audit
operasional menyangkut serangkaian langkah atau prosedur yang
logis, terstruktur, dan terorganisasi. Aspek ini meliputi perencanaan
yang baik, serta perolehan dan evaluasi secara objektif bukti yang berkaitan
dengan aktivitas yang diaudit.
b)
Efisiensi,
efektivitas, dan ekonomis
·
Efisiensi digunakan untuk menilai sebaik
apakah pemakaian sumber daya suatu organisasi yang digunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan
·
efektivitas digunakan untuk menilai seberapa
baik kebijakan-kebijakan
organisasi tersebut untuk mencapai tujuan.
·
Efisiensi dan efektivitas merupakan dua
hal yang saling berkaitan erat satu dengan lainnya, bisa saja suatu kebijakan
organisasi itu sangat efisien akan tetapi tidak efektif begitupun sebaliknya.
·
Ekonomis maksudnya memperoleh kualitas dan kuantitas
sumber daya fisik dan manusia yang layak pada waktu
yang layak dan biaya yang rendah.
c)
Mengevaluasi
operasi organisasi
Evaluasi atas operasi ini harus didasarkan pada
beberapa kriteria yang ditetapkan dan disepakati. Dalam auditing operasional, kriteria
seringkali dinyatakan dalam bentuk standar kinerja yang ditetapkan oleh
manajemen. Namun, dalam beberapa kasus, standar itu mungkin ditetapkan oleh
suatu badan pemerintahan atau oleh industri. Kriteria ini seringkali
didefinisikan kurang jelas bila dibandingkan dengan kriteria yang digunakan
dalam audit atas laporan keuangan. Audit operasional mengukur derajat kesesuaian
antara kinerja aktual dan kriterianya.
d)
Melaporkan
kepada orang-orang yang tepat
Auditor internal biasanya melapor ke
manajemen atau individu atau badan yang meminta audit tentang
seberapa efisien, efektif atau ekonomis suatu bagian atau program kerja yang
telah dilaksanakan. Hasil temuan dari audit kinerja ini sangat jarang
sekali diungkapkan ke seluruh bagian organisasi apa lagi ke masyarakat umum.
Padahal hasil audit ini bisa jadi sangat dibutuhkan oleh pihak-pihak selain manajemen,
misalnya masyarakat luas yang langsung atau tidak langsung berhubungan
dengan perusahaan tersebut. Sedangkan dewan komisaris atau komite audit
adalah pihak yang menerima salinan laporan audit operasional.
e)
Rekomendasi
perbaikan (Sesuai standar Pelaporan Ketiga dalam Standar Pelaporan Audit
Kinerja)
Hasil dari
audit operasional bisa berupa rekomendasi yang sangat berguna bagi
pihak manajemen untuk menentukan dan menilai kebijakan-kebijakan dan
kegiatan perusahaan apakah sudah tepat waktu atau memerlukan perbaikan
sehingga akan berpengaruh pada kelangsungan hidup perusahaan.
B. MANFAAT
AUDIT OPERASIONAL
Laporan audit manajemen dapat dijadikan sebagai informasi
pelengkap dari laporan keuangan perusahaan. Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh jika laporan audit kinerja ini
menjadi wajib disediakan oleh perusahaan.
- Penyelenggaran perusahaan akan makin transparan sehingga pihak luar perusahaan dapat mengikuti perkembangan perusahaan dengan lebih baik.
- Audit manajemen akan memicu perusahaan untuk berhati-hati dalam mengelola perusahaan.
- Kepentingan masyarakat (terutama investor) makin terlindungi sehingga iklim investasi dan usaha akan makin kondusif.
2. TUJUAN DAN PROSES AUDIT OPERASIONAL
A. TUJUAN
AUDIT OPERASIONAL
Tujuan
dari
audit pengendalian operasi adalah mengevaluasi
efisiensi dan efektivitas dan membuat rekomendasi untuk manajemen. Sebaliknya,
evaluasi pengendalian internal untuk audit keuangan memiliki dua tujuan utama :
menentukan luas dari audit pengujian substantive yang diperlukan dan melaporkan
efektivitas pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan untuk perusahaan
public.
B.
PROSES AUDIT OPERASIONAL/TAHAP-TAHAP AUDIT OPERASIONAL
1. Memilih auditee
Seperti pada banyak aktivitas
lainnya dalam suatu entitas, audit operasional biasnya terkena kendala
anggaran atau kehematan. Oleh karena itu, sumber daya untuk audit operasional harus digunakan dengan
sebaik-baiknya.
Pemilihan auditee dimulai
dengan studi atau survey pendahuluan terhadap calon-calon auditee dalam entitas untuk mengidentifikasi aktivitas yang
mempunyai potensi audit tertinggi dilihat dari segi perbaikan efektivitas,
efisiensi, dan kehematan operasi. Pada intinya, studi pendahuluan merupakan
proses penyaringan yang akan menghasilkan peringkat dari calon auditee.
Titik awal dari studi pendahuluan
ini adalah memperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai
struktur organisasional entitas serta karakteristik operasinya. Selain
itu, auditor juga harus memahami industri tempat entitas beroperasi serta sifat
dan luas peraturan pemerintah yang berlaku. Selanjutnya, perhatian difokuskan
pada aktivitas, unit, atau fungsi yang akan diaudit.
Pemahaman
tentang calon auditee diperoleh dengan:
- mereview data arsip latar belakang setiap auditee
- meninjau fasilitas auditee untuk memastikan bagaimana auditee mencapai tujuannya
- mempelajari dokumentasi yang relevan tentang operasi auditee seperti buku petunjuk kebijakan dan prosedur, bagan arus, standar kinerja dan pengendalian mutu, serta deskripsi tugas
- mewawancarai manajer aktivitas tersebut mengenai bidang-bidang permasalahan tertentu (sering kali disebut entry interview)
- menerapkan prosedur analitis untuk mengidentifikasi trend atau hubungan yang tidak biasa
- melakukan pemeriksaan (atau pengujian) audit mini untuk menegaskan atau menjernihkan pemahaman auditor tentang masalah yang potensial
Pemahaman auditor mengenai setiap auditee
harus didokumentasikan melalui kuesioner yang sudah diisi dengan lengkap, bagan
arus, dan catatan naratif.
Berdasarkan pemahaman ini,
auditor menyiapkan suatu laporan atau memorandum studi pendahuluan,
yang mengikhtisarkan semua temuan dan mencantumkan rekomendasi mengenai auditee
yang harus diaudit. Laporan ini hanya digunakan oleh departemen
auditing internal dan tidak ditujukan untuk manajemen.
2. Merencanakan audit
Perencanaan audit yang cermat
sangat penting baik bagi efektivitas maupun efisiensi audit operasional.
Perencanaan terutama penting dalam jenis audit ini karena sangat beragamnya
audit operasional. Landasan utama dari perencanaan audit adalah pengembangan program
audit, yang harus dibuat sesuai dengan keadaan auditee yang ditemui pada tahap
studi pendahuluan audit. Seperti dalam audit laporan keuangan, program
audit berisi seperangkat prosedur yang dirancang untuk memperoleh bukti yang
berkaitan dengan satu atau lebih tujuan. Bukti yang diperiksa biasanya didasarkan
pada sampel data. Jadi, dalam perencanaan audit harus dipertimbangkan penggunaan
teknik-teknik sampling statistik. Disamping itu, auditor juga harus
mengetahui apakah teknik-teknik berbantuan komputer (computer assisted techniques)
akan efisien dari segi biaya.
Perencanaan audit juga mencakup pemilihan
tim audit dan penjadwalan pekerjaan. Tim audit ini harus terdiri dari
auditor yang memiliki kemampuan teknis yang diperlukan untuk memenuhi tujuan
audit. Pekerjaan harus dijadwalkan melalui konsultasi dengan auditee agar ada
kerja sama maksimum dari personil auditee selama audit.
3. Melaksanakan audit
Selama melaksanakan audit,
auditor secara ekstensif mencari fakta-fakta yang berhubungan dengan
masalah yang teridentifikasi dalam auditee selama studi pendahuluan.
Pelaksanaan audit adalah tahap audit yang paling memakan waktu dalam audit
operasional. Tahap ini sering kali disebut sebagai melakukan audi yang mendalam
(in-depth audit).
Dalam suatu audit operasional, auditor sangat mengandalkan pada pengajuan pertanyaan dan pengamatan. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah mengembangkan kuesioner untuk auditee dan menggunakannya sebagai dasar untuk mewawancarai personil auditee. Dari pengajuan pertanyaan, auditor berharap akan memperoleh pendapat, komentar, dan usulan tentang pemecahan masalah. Wawancara yang efektif sangat penting dalam audit operasional. Melalui pengamatan terhadap personil auditee, auditor akan mendeteksi inefisiensi dan kondisi lainnya yang ikut menyebabkan masalah ini.
Dalam suatu audit operasional, auditor sangat mengandalkan pada pengajuan pertanyaan dan pengamatan. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah mengembangkan kuesioner untuk auditee dan menggunakannya sebagai dasar untuk mewawancarai personil auditee. Dari pengajuan pertanyaan, auditor berharap akan memperoleh pendapat, komentar, dan usulan tentang pemecahan masalah. Wawancara yang efektif sangat penting dalam audit operasional. Melalui pengamatan terhadap personil auditee, auditor akan mendeteksi inefisiensi dan kondisi lainnya yang ikut menyebabkan masalah ini.
Auditor juga harus menggunakan analisis dalam
audit operasional. Untuk tujuan ini, analisis itu harus melibatkan
studi dan pengukuran kinerja akrual dalam hubungannya dengan kriteria tertentu.
Kriteria ini dapat dikembangkan dari dua sumber :
·
Berasal dari internal entitas
seperti sasaran produktivitas dan anggaran yang ditetapkan atau,
·
kriteria ini
dapat berasal dari luar entitas berupa standar industri atau diturunkan oleh
auditor dari audit-audit sebelumnya atas aktivitas yang serupa.
Analisis ini dapat memberikan dasar untuk
menentukan sejauh mana auditee memenuhi tujuan yang ditetapkan.
Pekerjaan yang dilakukan, temuan, dan rekomendasi harus didokumentasikan dalam kertas kerja. seperti dalam audit laporan keuangan, kertas kerja merupakan pendukung utama laporan auditor. Auditor penanggung jawab (in-charge) biasanya bertanggung jawab untuk mereview kertas kerja baik selama maupun pada saat selesainya pemeriksaan. Review selama audit berguna dalam memantau kemajuan, sedangkan review pada akhir audit memastikan kualitas pekerjaan secara keseluruhan.
4. Melaporkan temuan kepada manajemen
Auditing operasional serupa
dengan jenis-jenis auditing lainnya karena produk akhir dari audit ini adalah laporan
audit. Akan tetapi, ada banyak situasi unik yang berkaitan dengan
pelaporan dalam audit operasional. Misalnya, berlawanan dengan bahasa standar
yang terdapat pada laporan auditor dalam audit atas laporan keuangan, bahasa
laporan dalam audit operasional bervariasi untuk setiap auditee.
Laporan itu harus memuat:
- suatu pernyataan tentang tujuan dan ruang lingkup audit
- uraian umum mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam audit
- ikhtisar temuan-temuan
- rekomendasi perbaikan
- komentar auditee
Konsep laporan ini biasanya dibuat oleh auditor penanggung jawab. Konsep tersebut
kemudian dibahas dengan manajer unit yang diaudit. Pembahasan ini
memenuhi beberapa tujuan yang penting:
(1)
memberi auditor
peluang
untuk menguji akurasi temuan serta ketepatan rekomendasi, dan
(2)
memungkinkan
auditor mendapatkan komentar auditee untuk dimasukkan dalam laporan.
Konsep awal ini
selanjutnya direvisi sesuai
keperluan, sehingga konsep final dapat disiapkan.
Dalam beberapa kasus, rekomendasi yang diberikan mungkin hanya menyarankan perlunya
studi lebih lanjut atas masalah yang dihadapi. Pencantuman komentar auditee
adalah bersifat operasional. biasanya, komentar itu hanya disertakan apabila
auditee tidak menyetujui temuan dan rekomendasi.
Temuan auditor pada dasarnya menghasilkan kritik yang konstruktif. Pada saat menulis
laporan, auditor harus sensitif terhadap reaksi penerima. Jika bahasanya tidak terlalu menyerang, maka
tanggapan penerima laporan kemungkina besar akan lebih positif. Biasanya, salinan
laporan auditing operasional dikirimkan kepada manajemen senior dan kepada
komite audit.
Jika laporannya panjang serta terinci, maka laporan
itu bisa dimulai dengan suatu ikhtisar
lengkap (executive summary) mengenai
temuan dan rekomendasi.
5. Melakukan tindak lanjut
5. Melakukan tindak lanjut
Tahap terakhir atau tahap tindak lanjut (follow-up
phase) dalam audit operasional adalah tahap bagi auditor untuk
menindaklanjuti tanggapan auditee terhadap laporan audit. Idealnya, kebijakan
entitas sebaiknya mengharuskan manajer unit yang diaudit untuk melaporkan
secara tertulis selama periode waktu yang ditetapkan. Akan tetapi,
tindak lanjut ini juga harus mencakup penentuan kelayakan tindakan yang diambil
oleh auditee dalam mengimplementasikan rekomendasi. Standar praktik 440 IIA
menyatakan bahwa auditor internal harus menindaklanjuti untuk memastikan bahwa tindakan
yang tepat telah diambil berdasarkan temuan yang dilaporkan. Kegagalan auditor untuk menerima tanggapan
yang tepat harus dikomunikasikan kepada manajemen senior.
B. AUDIT
KPI (STRATEGI AUDIT KPI)
A. KPI
& INSTANSI PEMERINTAH
Adanya
reposisi peran Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai auditor
internal pemerintah yang profesional, mewajibkan BPKP untuk mendukung upaya
pemerintah mewujudkan terselenggaranya manajemen pemerintahan yang baik serta
mendukung terlaksananya Corporate
Governance yang baik di
lingkungan BUMN/D.
Salah satu
kegiatan dalam rangka mengusung peran baru itu yang juga sekaligus merupakan
produk baru BPKP adalah asistensi
penyusunan Indikator Kinerja Kunci
atau Key
Performance Indicator (KPI)
bagi BUMN/D dan pelaksanaanaudit KPI.
Sebagaimana
audit atas laporan keuangan dan audit operasional, untuk audit KPI juga perlu
dipersiapkan suatu pedoman pelaksanaannya yang salah
satu pedoman tersebut adalah strategi audit (audit
strategy).
Proses audit KPI dalam tulisan
ini diasumsikan untuk auditan yang
berorientasi laba (profit center), karena pertimbangan
lebih kompleksnya kegiatan entitas yang berorientasi laba dibandingkan dengan
entitas yang tidak berorientasi laba.
Apa itu strategi audit
Strategi audit adalah
aktivitas yang pertama kali dilakukan dari seluruh rangkaian kegiatan audit.
Strategi audit dapat didefinisikan sebagai proses penyusunan arahan atau
petunjuk audit dan penyelarasan antara pemahaman auditoratas kegiatan auditan dengan fokus audit yang akan dilakukan.Auditor
harus mempertimbangkan kegiatan utama (main
activity) auditan dan
indikator kinerja untuk industri atauperusahaan sejenis yang dapat berpengaruh
terhadap proses audit.
Auditor perlu juga mengidentifikasi faktor-faktorpenting bagi keberhasilan pelaksanaan audit, baik
dalam menyusun program audit untuk merumuskan opini auditmaupun dalam
menyediakan jasa pelayanan profesional bermutu lainnya yang diharapkan auditan.Auditor bertanggung jawab dalam mengembangkan
strategi audit dan mengkomunikasikannya kepada anggota timaudit lainnya.
Auditor dapat pula mendelegasikan beberapa elemen dalam menyusun strategi audit
dan mencari masukan dari pihak lain yang lebih kompeten.Untuk auditan yang
memiliki lebih dari satu divisi atau bagian dengan usaha atau kegiatan yang
berbeda dapatdipertimbangkan untuk menyusun strategi audit yang berbeda untuk
masing-masing divisi atau bagian.
Pentingnya strategi audit
Strategi audit adalah elemen
fundamental dalam pelaksanaan audit. Proses penyusunan strategi memungkinkan auditor untuk:
·
Memandang KPI
dari sudut pandang auditan, sehingga setiap permasalahan yang dijumpai dalam
proses audit KPI dapat diungkapkan dengan
cara-cara yang relevan bagi manajemen auditan.
·
Memahami kegiatan auditan, dalam sektor atau industri apa auditan bergerak
dan tujuan kegiatan auditan.
·
Memahami keefektifan pengendalian internal dan merancang pendekatan audit
KPI berbasis sistem (system-based KPI audit approach) bila dimungkinkan
·
Mendapatkan
bukti audit yang efektif dengan memfokuskan pekerjaan audit kepada tujuan audit
KPI bila risiko audit tinggi dan
menghindari pengumpulan bukti audit yang berlebihan dalam hal risiko audit
rendah.
·
Memperlancar komunikasi dengan manajemen auditan dan antar anggota tim
audit itu sendiri.
B. TUJUAN
AUDIT
Materi strategi audit
Saat menyusun
strategi audit KPI, auditor bertujuan:
1.
Memahami kegiatan atau usaha auditan
2.
Mengidentifikasi
tujuan audit KPI dan pendekatan auditnya.
3.
Mendapatkan
gambaran atas pengendalian intern, menilai kelayakan penerapan audit berbasis
sistem untuk kegiatan-kegiatan atau
transaksi-transaksi rutin
4.
Merancang
materi laporan hasil audit KPI
5.
Mengidentifikasi
pengetahuan tambahan apa yang diperlukan dalam proses audit KPI.
6.
Mengidentifikasi
kemungkinan penerapan teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted
audit techniques).
7.
Mengidentifikasi faktor lain yang mempengaruhi keefektifan dalam
pelaksanaan audit KPI.
Uraian lebih lanjut sebagai berikut:
1. Memahami
kegiatan atau usaha auditan
Untuk dapat mengidentifikasi tujuan audit yang
kritikal (critical audit objectives) dan untuk menentukan fokus pekerjaan audit KPI, auditor perlu memahami kegiatan
atau usaha auditan dan indikator kinerja apa saja yang relevan bagi
auditan tersebut.
Auditor harus mendapatkan pemahaman dari sudut
pandang yang independen dan perspektif manajemen auditan mengenai:
o
Usaha auditan
saat ini dan hasilnya, contohnya apa bahan baku dan produk utamanya (contoh
untuk perusahaanmanufaktur)
o
Lingkungan usaha di mana auditan beroperasi, contohnya sektor manufaktur,
agrobisnis, jasa, teknologi dansebagainya.
o
Visi dan misi auditan termasuk strategi manajemen dalam mencapai visi dan
misi tersebut karena visi dan misiterkait erat
dengan penyusunan KPI.
o Struktur organisasi termasuk pembagian tugas dan
tanggung jawab
o Daya saing auditan, contohnya di jenis pasar apa auditan beroperasi,
kompetitor utama, kekuatan dan kelemahanauditan
serta tindakan yang diambil oleh auditan dalam mempertahankan daya saing.
2.
Mengidentifikasi risiko yang dihadapi auditan
Auditor mempertimbangkan risiko
usaha yang dihadapi oleh auditan dan apakah risiko tersebut mempengaruhi manajemen
dalam penyusunan KPI yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap audit KPI.
Penyebab risiko dapatberasal dari
lingkungan usaha auditan maupun kondisi ekonomi secara umum.
Contoh risiko yang
bersumber dari lingkungan usaha antara lain perubahan produk, kehilangan pasar
untuk menyalurkan hasil produksi, kekurangan modal kerja, ketidakmampuan melakukan inovasi produk, besarnya pinjaman
jatuh tempo dan ketidakmampuanmengelola
perubahan.
Contoh
risiko yang muncul dari kondisi ekonomi secara umum antara lain teknologi yang berubah
cepat, tidak stabilnya nilai tukar valuta asing dan tingginya tingkat
inflasi.Diskusi dengan pihak manajemen memungkinkan auditor untuk memahami
persepsi dan asumsi manajemen dalam penyusunan KPI
sebagai salah satu tindakan pemantauan menghadapi risiko usaha dan juga
memudahkan auditor untuk menterjemahkan
risiko yang mempunyai implikasi signifikan terhadap proses audit menjadi tujuan
audit dan pendekatan auditnya.
Contoh, bila terjadi peningkatan tingkat
suku bunga dan sulitnya mendapatkan pinjaman,manajemen
akan menitikberatkan perhatian pada penagihan piutang, sehingga strategi audit
harus mempertimbangkanuntuk lebih memfokuskan perhatian pada KPI untuk
penyisihan piutang tak tertagih.
3.
Mengidentifikasi tujuan audit KPI dan pendekatan auditnya
Tujuan audit KPI adalah untuk memberikan
kepastian kepada pengguna bahwa KPI sesuai (appropriate) untuk menilai kinerja organisasi, relevan bagi pengguna untuk menilai kinerja
dengan didasarkan atas informasi yang akurat dan dapat diandalkan serta lengkap
dan menyeluruh yang berisi indikasi yang benar atas kinerjanya.
Umumnya
terdapat satu atau lebih KPI yang mengandung risiko lebih besar atau sulit
untuk diverifikasi, sehingga memerlukan judgement auditor. Tujuan audit akan menjadi
kritikal bila risiko bawaan tinggi, dan: KPI terkait membutuhkan tingkat
pertimbangan tertentu; atau- Sulit untuk mendapatkan bukti audit atau
menerapkan prosedur auditnya.
Tujuan audit yang kritikal
umumnya hanya menyangkut KPI atas kegiatan atau transaksi non rutin dan jarang terjadi
untuk kegiatan atau transaksi rutin yang diproses secara sistematis.
Judgement untuk mempertimbangkan apakah satu KPI dikategorikan kritikal atau tidak
tergantung pada beberapa faktor seperti
lingkungan usaha, indikator tingkat profitabilitas, penjelasan manajemen yang
dimuat dalam laporan KPI dan isu-isu lain yang perlu dipertimbangkan
oleh auditor.
Sebagai
bagian dari strategi audit, Pengendali Mutu atau Pengendali Teknis bertanggung
jawab untuk memberikan arahan dalam pendekatan audit yang akan diambil dan
menentukan tujuan audit yang kritikal. Selain memuat pendekatan audit yang akan
diambil, strategi audit memuat pula hal-hal berikut:
·
Ruang lingkup, waktu dan proseduraudit;
·
Keterlibatan anggota tim yang lebih berpengalaman.
4. Mendapatkan gambaran atas pengendalian internal
Tujuan auditor mendapatkan pemahaman atas pengendalian
internal untuk:
o
Membangun pemahaman bagaimana pihak manajemen menetapkan KPI dalam rangka
menanggapi risiko usahayang dihadapi.
o
Memutuskan
pendekatan audit secara keseluruhan terhadap pengendalian internal.
o Mengidentifikasi ruang lingkup di mana auditor
dapat memberikan rekomendasi yang bermanfaat.
Untuk setiap audit, tidak peduli
besar kecilnya auditan, saat mengembangkan strategi audit, auditor harus mendapatkan pemahaman yang baik atas pengendalian
internal, terutama melalui diskusi dengan pihak manajemen.Pemahaman atas
pengendalian internal harus didokumentasikan sebagai bagian dari perencanaan
audit secarakeseluruhan.Pengendalian internal terdiri dari komponen-komponen
yang saling terkait sebagai berikut: pengukuran risiko,lingkungan pengendalian,
informasi dan komunikasi, pemantauan, serta aktivitas pengendalian.
Untuk
tujuan pengembangan strategi audit, pemahaman atas proses pengukuran risiko
oleh manajemen danpemahaman akan lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk
mempertimbangkan apakah pendekatan berbasissistem (systems-based approach)
dapat diterapkan.
Manajemen menetapkan tujuan baik
untuk level entitas maupun level kegiatan. Secara eksplisit atau
implisit,manajemen juga menentukan risiko dalam pencapaian tujuan entitas,
sehingga penentuan tujuan terkait dengankeputusan mengenai level risiko usaha
yang dapat diterima entitas. Hal ini berkaitan erat dengan langkah manajemendalam
penyusunan KPI.
Melalui
KPI, manajemen akan selalu memantau dan mengurangi risiko penting dalam
pencapaian tujuan entitasdengan mengadopsi pengendalian internal yang sesuai
dengan persepsi manajemen akan besarnya dan pengaruh akibatrisiko tersebut.Proses manajemen dalam
mengidentifikasi risiko, menentukan level risiko untuk memutuskan
mekanisme pengendalian internal dalam
rangka pemantauan serta mengurangi risiko tersebut dapat berakibat terhadap
pelaporanyang keliru secara material dalam penyajian laporan KPI.
Proses
pengukuran risiko oleh manajemen dimasukkan dalam lingkungan pengendalian.
Lebih lanjut, lingkunganpengendalian merupakan dasar untuk informasi dan
komunikasi, pemantauan dan aktivitas pengendalian.
Contoh, jika pengukuran
risiko efektif, sistem informasi dirancang untuk menyediakan informasi agar
pencapaian tujuan dapatdipantau dan pihak manajemen akan menjalankan aktivitas
pengendalian untuk mengurangi risiko yang mungkinterjadi.
o
Lingkungan pengendalian yang memadai secara tidak langsung akan berakibat:
Pendekatan audit berbasis sistemdapat
diterapkan untuk satu atau lebih tujuan audit berkaitan dengan transaksi rutin
yang diproses secarasistematis;
o
Judgement manajemen untuk KPI transaksi atau kegiatan non rutin kecil
kemungkinan mengandung bias.
Sedangkan lingkungan pengendalian kurang baik secara tidak langsung dapat
berakibat:
1.
Anggota organisasi tidak terlalu perduli terhadap pengendalian internal;
2.
Informasi KPI mungkin terpengaruh atau mengandung kekeliruan yang disengaja;
3.
Untuk hampir
semua tujuan audit, harus diterapkan pendekatan audit subtantif (tidak berbasis
sistem);
4.
Dalam laporan KPI, ada kemungkinan keputusan manajemen berkaitan dengan
indikator kinerja atas transaksi atau kegiatan non rutin dipengaruhi oleh
keinginan untuk mencapai hasil tertentu.
Pemahaman
yang baik atas pengendalian internal oleh tim audit merupakan dasar untuk
menentukan pendekatanaudit secara keseluruhan terhadap
pengendalian internal.
Contoh, strategi audit menetapkan untuk menerapkanpendekatan berbasis sistem untuk
tujuan audit tertentu dan pendekatan subtantif untuk tujuan audit yang lain,
termasuk tujuan audit yang kritikal.
Informasi
yang diperoleh mengenai pengendalian internal untuk tujuan pengembangan audit
strategi dapat mencakup informasi yang lebih
rinci untuk menyusun rencana audit (audit
planning). Jika demikian, informasi yangrinci tersebut dikomunikasikan
kepada seluruh anggota tim audit guna penyusunan rencana audit, dokumentasi danpengujian
aktivitas yang relevan yang dapat dikaitkan dengan tujuan auditnya.
Contoh, selama proses pembicaraanawal dengan
manajemen, auditor dapat mempelajari bagaimana perhatian manajemen mengenai
sistem informasi danperubahan-perubahan indikator kinerja dalam tahun berjalan.
Contoh lain, selama
proses pembicaraan awal denganmanajemen, auditor dapat mengidentifikasi
aktivitas pemantauan indikator kinerja yang dilaksanakan oleh manajemenyang penting untuk proses audit.
5. Merancang
laporan hasil audit KPI
Auditor perlu merancang
atau memperkirakan
materi laporan hasil audit. Auditor dapat juga berkonsultasi denganpihak lain
yang lebih kompeten atau melaksanakan survai lebih jauh. Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan oleh auditor:
o Perlakuan dan kebijakan manajemen yang berkaitan
dengan KPI.
o
Standar umum
pelaporan KPI.
o
Perubahan hukum
dan peraturan yang mungkin dapat mempengaruhi laporan KPI.
Seperti halnya laporan keuangan, laporan KPI
umumnya disusun berdasarkan asumsi bahwa auditan akanmelanjutkan usahanya
secara berkelanjutan (going concern). Dalam mengembangkan strategi audit, auditor berdiskusidengan
manajemen mengenai indikator kinerja pendapatan dan indikator kinerja biaya
dengan mempertimbangkanasumsi kelangsungan usaha.
Contoh indikator yang dapat mempangaruhi
kelangsungan usaha:
o
Indikator keuangan: posisi kewajiban bersih, rasio keuangan kunci,
kehilangan kegiatan substansial,ketidakmampuan
membayar pinjaman jatuh tempo, waktu pelunasan piutang dari pelanggan.
o Indikator operasional: kehilangan unsur manajemen
kunci tanpa adanya penggantian, kehilangan pasar ataupemasok utama, kesulitan
tenaga kerja
o Indikator lain: ketidakpatuhan kepada peraturan atau perundangan yang
berlaku.
Masih banyak contoh
indikator lain yang menunjukan bahwa kelangsungan usaha suatu auditan
terganggu. Faktorlain yang belum disebutkan
mungkin sama pentingnya dibandingkan contoh tersebut.
Contohnya, adanya indikatoryang menggambarkan
ketidakmampuan manajemen membayar tagihan jatuh tempo akan diimbangi dengan adanyarencana
manajemen untuk menjaga kecukupan arus kas dengan alternatif utama, seperti
penjualan aset, penjadwalankembali pinjaman, atau mendapatkan tambahan modal
modal kerja.
6.
Mengidentfikasi kebutuhan tenaga spesalis
Sebagai tindak lanjut
hasil pembicaraan awal dengan pihak manajemen, auditor menentukan apakah diperlukan penggunaan tenaga spesialis,
contoh:
·
Penentuan KPI yang berhubungan dengan biaya penggunaan mesin dan alat berat
·
Penentuan
indikator kuantitas atau kondisi fisik aset.
·
Menentukan tingkat
penyelesaian pekerjaan dan pekerjaan dalam proses atas kontrak untuk menentukan
KPI yang berkaitan dengan pengakuan pendapatan.
Dalam menentukan apakah
diperlukan tenaga spesialis, perlu dipertimbangkan:·
·
Vitalnya KPI yang akan diuji dikaitkan dengan keseluruhan laporan KPI;·
·
Sifat dan
kompleksitas KPI dan risiko bawaan untuk tujuan audit terkait;·
·
Bukti audit lain yang tersedia.
7. Mengidentifikasi penerapan teknik audit berbantuan komputer
Auditor mempertimbangkan apakah audit berbantuan komputer
dapat memenuhi tujuan audit dengan biaya yang lebih
kecil dibandingkan teknik lain. Keuntungan teknik audit berbantuan komputer:·
·
Efektifitas prosedur audit.
Contohnya, audit berbantuan komputer dapat
memudahkan proses analisa dan perhitungan data
yang berkaitan dengan KPI, sehingga mengurangi kebutuhan akan pengujian rinci;·
·
Efesiensi prosedur audit.
Contohnya, audit berbantuan
komputer mengurangi faktor human error dan waktu pelaksanaan prosedur
audit;·
·
Memperluas perolehan bukti audit.
Contohnya, penggunaan teknik
audit berbantuan komputer memungkinkan auditor
untuk merevieu data lebih rinci.
8. Faktor lain
Saat
menyusun strategi audit, auditor juga mempertimbangkan jasa lain yang mungkin
diperlukan auditan yangdapat memberikan kontribusi terhadap efektivitas
peran BPKP, meliputi:·
·
Menginventarisasi jasa yang dibutuhkan auditan. Memahami auditan secara
menyeluruh memungkinkan auditoruntuk mengantisipasi jasa apa yang diperlukan
auditan.
·
Auditor mengidentifikasi jasa lain yang berkaitan denganKPI yang diperlukan auditan dan bagaimana pendekatannya untuk dapat
memenuhi kebutuhan jasa tersebut.Auditor dapat memberikan saran yang bersifat
praktis dan konstruktif untuk meningkatkan KPI. Auditan dapat juga mendapatkan keuntungan dari jasa
selain KPI yang dapat diberikan oleh BPKP.·
·
Menciptakan alur komunikasi yang efektif dan hubungan kerja yang baik
dengan manajemen. Strategi audit dapatmenciptakan hubungan yang baik dan
berkelanjutan antara auditor dan manajemen (counterparts) ;·
·
Merencanakan
kegiatan untuk perbaikan yang berkelanjutan. Auditor dapat merencanakan
prosedur untuk menanggapi hal-hal
penting yang berkaitan dengan hasil audit periode lalu;· Mempertimbangkan
kontak langsung dengan dewan direksi. Kontak langsung dengan dewan direksi
dapatdijadikan sarana untuk mengkomunikasikan komitmen auditor akan jasa
profesional yang diberikan dan ruanglingkup audit serta menyamakan
persepsi perihal proses audit;·
·
Dasar pembebanan biaya audit. Biaya audit yang semula dibebankan kepada
BPKP bisa saja ditambahkan denganbiaya yang menjadi beban auditan untuk
tambahan pekerjaan atau jasa atas permintaan auditan yang berkaitandengan KPI.
Dokumentasi
strategi audit KPI
Strategi
audit KPI didokumentasikan dalam Dokumen Strategi KPI. Formatnya disesuaikan
dengan kondisimasing-masing penugasan audit. Dokumen Strategi KPI merangkum
hal-hal pokok yang dikembangkan dalampenyusunan
strategi audit. Dokumen Strategi KPI dapat digabung dengan dokumen perencanaan.
Strategi
audit KPI harus dikomunikasikan antar sesama anggota tim audit untuk membahas
isu utama danimplikasinya terhadap proses
audit.
Strategi audit KPI adalah dasar
bagi penyusunan rencana audit ( audit
plan). Strategi audit KPI dan rencana auditterkait dapat saja dimodifikasi
untuk menyesuaikannya dengan informasi atau masukan baru.
Auditor
memantau kemajuan audit dibandingkan dengan strategi audit dengan cara formal
atau informaltergantung kompleksitas penugasan
audit.